~Puisi~

 Jika Mungkin

jika mungkin kau masih di sini aku pasti akan memberimu
setangkup rindu yang kukumpulkan dari serakan mimpi dari
waktu ke waktu yang kurasakan sendu aku akan membisiki
telingamu tentang hidup indah yang semestinya kita rasakan
bersama dalam waktu tak terhingga dan mengisinya 
dengan canda-tawa lalu kita bisa terbang 
bersama melayang-layang di udara dan bila letih 
kita bisa menghinggapi 
pucuk pohon kelapa, tiang listrik, pohon jati 
dan terbang lagi menuju langit dengan sayap khayalan 
seperti yang selalu kau inginkan 
jika bosan bermain di langit 
kita bisa menghabiskan waktu di teras depan rumah 
sembari menikmati senja hingga benar-benar 
lenyap warna jingga atau jika kau ingin, 
aku bisa mengantarmu menyeberangi lautan 
dan kau bisa menikmati tenangnya biru laut 
yang seringkali membuat matamu terlelap hingga mendengkurkan 
nyeri kehidupan 
tapi sayang kau begitu egois dan membiarkan aku tenggelam
dalam lautan kenangan yang selalu membuat aku 
tak bisa bernafas damai yang selalu membuat 
tubuh ini gigil yang selalu membuat 
air mata menggelincir yang selalu membuat 
mata ini basah yang selalu membuat 
langkah terganjal yang selalu membuat 
aku ingin segera mati sehingga ruh ini 
bisa mengejarmu ke alam sana dan jika mungkin 
kau masih di sini aku akan memelukmu 
dengan segenap kekuatan cinta dan kasihsayangku 
biar tak lepas lagi hingga kita bisa meraih mimpi 

                                                  2010


                         Lantai

terus terang aku membenci lantai ini karena jejakmu banyak
membekas di sana setiap kali kaki melangkah di atasnya
ribuan atau bahkan jutaan kesedihan seolah bangkit dari sana
dan menguraikan kisah kemarin tentang engkau yang terluka
terlalu banyak air mata 
jatuh di lantai ini yang seringkali membuat 
ingatanku tergelincir dan tertelungkup pada ruang
penuh duka tak berjeda maka wajar jika aku 
membenci lantai ini sebab aku tak begitu pandai 
menyimpan luka hingga terkadang aku 
memilih memejamkan mata supaya tak nampak kelebat 
tubuhmu yang nisbis upaya tak nampak kelebat 
tubuhmu yang terlilit nyeri supaya tak nampak senyummu 
yang selalu mencipta sedih maka ampuni aku 
yang membenci lantai inisebab aku memang tak pandai 
menyimpan luka hati

                                                  2010


                    Amanah

Ibu, kau pasti tak mengerti 
akan arti amanah sehingga kau sering 
memarahiku karena merasa bosan mendengar tangsiku. Kau pasti
tak sadar bahwa aku ini terlahir dari tetes-tetes nafsu
dan kasih sayangmu. Bukankah dulu kau 
sangat bergembira ketika melihat aku lahir dengan selamat ke
dunia? Bukankah pula kau sangat terhibur dengan tangis
centilku? Tapi mengapa setelah aku 
mulai tumbuh menguncup, terus mengembang, dan aku mulai
mahir menujukkan kebutuhanku dengan tangis, kau malah mem
bungkam mulutku dengan amarahmu! Apakah aku salah, Ibu?
Rupanya kau telah lupa sesuatu, Ibu. Sesuatu yang sebenarnya
amat sangat penting. Sesuatu yang biasa disebut dengan
amanah. Ingat itu Ibu, agar kau tak selalu marah padaku.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.